Kamis, 24 April 2014

HIV/AIDS Di Berbagai Negara

Negara-negara Afrika 
Berhasil Kurangi Penyebaran AIDS 

London - Sebanyak tujuh negara di sub-Sahara Afrika, wilayah yang penduduknya paling banyak terjangkit AIDS, dilaporkan berhasil mengurangi jumlah infeksi virus HIV pada anak sebesar 50 persen sejak 2009.

Program penanggulangan AIDS PBB (UNAIDS) mengatakan bahwa pengurangan drastis tersebut terjadi di Botswana, Ethiopia, Ghana, Malawi, Namibia, Afrika Selatan dan Zambia.

Sementara secara keseluruhan dari 21 negara di Afrika telah berhasil mengurangi jumlah infeksi virus HIV sebanyak 38 persen sejak 2009. Pada tahun 2012, tercatat "hanya" 60.000 kasus HIV baru di Nigeria, jumlah terbanyak dari seluruh negara Afrika. Pengurangan ini diakibatkan oleh perawatan dan obat-obatan kepada ibu hamil. Obat retroviral yang digunakan mampu mencegah virus HIV menular ke anak yang sedang dikandung.

"Kemajuan ini memberikan harapan bahwa dengan usaha yang serius, anak-anak di Afrika bisa terlahir bebas dari HIV," ujar Michel Sidibe, direktur eksekutif UNAIDS.

Namun, akses obat-obatan masih terbatas. Hanya 30 persen anak di Afrika yang bisa mendapatkan perawatan obat-obatan

Sumberhttp://www.beritasatu.com




Tim Peneliti Amerika 

Jajaki Alternatif untuk Vaksin AIDS



Para ilmuwan Amerika sedang menjajaki pendekatan alternatif untuk melawan HIV yang bahkan lebih efektif dibanding vaksin


Dalam lebih dari 200 tahun sejak vaksin-vaksin dikembangkan untuk melindungi orang dari serangan penyakit, pertama dengan vaksin cacar, HIV telah menjadi organisme penyakit yang menjadi tantangan di mana para ilmuwan tidak mampu mengembangkan vaksin yang efektif. Tetapi, beberapa ilmuwan percaya vaksin mungkin bukan jawaban terbaik.
Peneliti Alejandro Balazs yang bekerja pada Institut Tekhnologi California (Cal-Tech) di Pasadena mengupayakan alternatif untuk vaksin AIDS.
Balazs mengatakan bahwa ilmuwan CalTech sedang mengembangkan satu cara membunuh virus yang sangat berbeda dari cara kerja vaksin tradisional.
Vaksin merangsang tubuh agar memproduksi antibodi pelindung, protein anti-infeksi dengan menyuntikkan virus atau bakteri tidak berbahaya, sehingga nantinya, jika muncul tanpa diundang, sistem kekebalan tubuh dengan cepat dapat mengenali dan menyerang pathogen tersebut. Balazs mengatakan strategi ini memberikan kekebalan terhadap berbagai organisme penyakit yang berbahaya.
"Dalam kasus HIV pendekatan tradisional untuk vaksinasi itu sebenarnya tidak berguna, karena tubuh cenderung membuat antibodi yang tidak menetralkan. Jadi, vaksin itu sebenarnya tidak mencegah penularan. Dalam kasus ini kita dapat mengkhususkan antibodi monoklonal yang sudah diketahui ampuh melawan HIV secara langsung. Jadi kita tidak hanya berharap sistem kekebalan tubuh akan menghasilkan antibodi yang dihendaki,” paparnya.
Manurut Balazs, para peneliti CalTech tidak merekayasa antibodi monoklonal yang ditargetkan secara spesifik terhadap HIV itu. Rekayasa itu sudah dilakukan oleh banyak ilmuwan di seluruh dunia.
Tetapi, tim CalTech membuat terobosan baru dengan memasukkan antibodi itu ke dalam virus dingin yang tidak berbahaya, dan kemudian menyuntikkannya ke dalam jaringan otot tikus percobaan.
Tikus-tikus yang dibiakkan untuk mengembangkan sistem kekebalan tubuh mirip manusia itu, kemudian menghasilkan sejumlah besar anti-bodi yang mampu membunuh virus.
Balazs mengatakan teknik, yang disebut Vectored Immuno-Prophylaxi (VIP)) itu mencegah infeksi ketika tikus tertular HIV dalam dosis tinggi.
"Tikus-tikus itu pada dasarnya dilindungi dari penurunan kekebalan tubuh akibat HIV, meniru proses yang terjadi pada manusia. Ketika manusia tertular HIV sistem kekebalan tubuh mereka perlahan-lahan dibunuh oleh virus tersebut. Kami menemukan bahwa profilaksis kami mencegah itu," ujarnya lagi.
Balazs mengatakan para peneliti berharap dapat memulai uji klinis terapi VIP pada manusia dalam dua sampai tiga tahun ke depan.
Penelitian mengenai pengobatan HIV ini dimuat dalam jurnal Nature.

Ilmuwan Brazil 
Ujicoba Vaksin AIDS Pada Monyet

Sao Paulo
 - Para ilmuwan Brazil mengembangkan vaksin untuk virus Human Immunodefifiency Virus (HIV), dan berencana mengujicobanya pada monyet.

Seperti dikutip dari TheNewZealandHerald, vaksin itu akan mulai dites pada monyet pada akhir tahun ini.

"Vaksin yang dikenal dengan nama HIVBr18 tersebut dikembangkan dan dipatenkan oleh tim dari Medicine Faculty of the University of Sao Paulo," ungkap pihak Research Foundation (FAPESP).

Pihak FAPESP mengatakan bahwa vaksin tersebut dalam tingkatan tertentu perkembangan virus, dapat menghalaunya, namun belum bisa memunaskan secara seluruhnya virus tersebut. [ikh]

Sumberhttp://teknologi.inilah.com






Tidak ada komentar:

Posting Komentar