Selasa, 20 Mei 2014

5 Fakta HIV/AIDS


FAKTA HIV/AIDS


Kasus HIV/AIDS di Indonesia masih menjadi persoalan besar. Angkanya pun terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Data Kementerian Kesehatan pada Oktober 2013 menunjukkan, dari Juli sampai dengan September 2013 jumlah infeksi HIV baru yang dilaporkan sebanyak 10.203 kasus, sedangkan jumlah kasus baru AIDS yang dilaporkan sebanyak 1.983 kasus. Dari jumlah tersebut, kalangan remaja adalah salah satu kelompok dengan porsi cukup besar. Persentase kumulatif kasus di kalangan remaja memang tidak sebesar kelompok usia lainnya, namun tetap memerlukan perhatian besar.

Bahkan badan PBB untuk masalah anak, UNICEF menyatakan jumlah kematian HIV/AIDS di kalangan remaja di seluruh dunia meningkat hingga 50 persen antara tahun 2005 dan 2012 dan menunjukkan tren mengkhawatirkan. UNICEF menyebutkan, sekitar 71.000 remaja berusia antara 10 dan 19 tahun meninggal dunia karena virus HIV pada tahun 2005. Jumlah itu meningkat menjadi 110.000 jiwa pada tahun 2012.

Dari data tersebut tampak ancaman HIV/AIDS bagi remaja sungguh nyata. Ironisnya, sebagian besar remaja belum mengetahui secara menyeluruh soal penyakit mematikan ini. Bahkan di antara mereka menganggap, HIV sebagai penyakit yang tak berbahaya. Lebih parah lagi, banyak sekali pemahaman salah terkait HIV/AIDS.  Padahal dengan pemahaman dan edukasi yang tepat,  penularan dapat dicegah sehingga kematian akibat HIV/AIDS dapat ditekan.

Berikut ini adalah 5 fakta mengenai HIV/AIDS yang perlu dipahami, khususnya bagi  kalangan remaja :

1. HIV tidak pandang bulu 

 
Sejak epidemi HIV dimulai 25 tahun lalu, stereotipe yang beredar di masyarakat tentang penderita HIV yaitu para gay, pemakai narkoba dan para pekerja seks komersial lah yang mendapat label tersebut. Faktanya, semua orang bisa terkena HIV, dari usia tua, muda , kaya, miskin, wanita, pria, maupun anak – anak dan dari berbagai macam profesi.

2. Seks oral tak seaman yang diipikir


Oral seks seringkali dianggap sebagai cara “aman” melakukan hubungan seksual. Faktanya, berdasar penelitian,  cairan tubuh yang terinfeksi seperti semen dan sekresi vagina yang mengandung konsentrasi virus HIV tinggi bisa memasuki aliran darah melalui membran mukosa mulut.

3. Jangan cuma khawatir hamil


Banyak remaja percaya, satu – satunya risiko berhubungan seks tanpa proteksi adalah kehamilan. Karena itu dipakailah pil KB, oral seks dan ejakulasi di luar demi mencegah kehamilan. Padahal, banyak hal yang harus dikhawatirkan selain kehamilan, yakni adanya penyakit menular seksual (PMS) seperti sifilis, herpes, termasuk HIV yang bisa mengancam kehidupan.

4. Kadang orang tidak mengatakan sesungguhnya, dan kita tidak tahu kenyataannya.


Coba Anda pikir sejenak kalimat di atas. Berapa banyak orang yang mengakui bahwa mereka menderita HIV jika ditanya oleh pasangan barunya? Berapa banyak orang yang mengakui kehidupan seksual mereka ketika mereka baru mengenal seseorang? Berapa banyak orang yang benar – benar mengetahui status HIV mereka dan status kesehatan orang – orang yang bersama mereka sebelumnya? Sebuah pernyataan “ partner saya tidak mengidap HIV” hanya bisa diterima jika disertai dengan bukti nyata tes HIV negatif. Tanyalah dengan jelas status HIV mereka dan mintalah mereka melakukan tes sebagai bukti.

5. Belum ada obat untuk si pembunuh

 
Meski orang dengan HIV/AIDS (ODHA) bisa hidup lebih lama berkat obat antiretroviral, obat ini tidak menyembuhkan. Kalau pun obat-obat ini melindungi dari infeksi opportunistik ini bukanlah “jalan pintas” dari infeksi HIV. Obat ini bahkan menyebabkan efek samping seperti diare, kelelahan berlebihan, kemerahan, mual dan muntah.

Jadi, sebaiknya pikirkanlah dahulu sebelum berbuat terlalu jauh dan merusak masa depan Anda, karena HIV merupakan “silent killer”, si pembunuh senyap yang jelas akan membuat Anda menyesal di masa depan karenanya.


Sumber: health.kompas.com

Kasus AIDS di indonesia

Jumlah Kumulatif 

Penderita AIDS di Indonesia 

18.442 Kasus


Sejak ditemukan tahun 1978, secara kumulatif jumlah kasus AIDS di Indonesia sampai dengan 30 September 2009 sebanyak 18.442 kasus. Selama periode Juli - September 2009 kasus AIDS bertambah sebesar 743 kasus yang tersebar di 32 Propinsi di Indonesia. Jumlah kasus AIDS selama tahun 2009 (Januari-September) sebanyak 2.332 kasus.
Penularan kasus AIDS tertinggi terjadi melalui heteroseksual (49,7%), melalui pengguna napza suntik/Penasun (40,7%), dan homoseksual (3,4%). Proporsi penderita paling banyak ditemukan pada kelompok umur 20-29 tahun (49,57%), disusul kelompok umur 30-39 tahun (29,84%), dan kelompok umur 40-49 tahun (8,71%). Sedangkan berdasarkan Propinsi yang melaporkan, kasus AIDS lebih banyak di Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Papua, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau. Jumlah penderita AIDS yang meninggal sekitar 3.708 orang (20,1%).

Demikian laporan triwulan ketiga tahun 2009 Surveilans AIDS Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP &PL) Depkes.


AIDS

Berdasarkan penelusuran, dari jumlah 18.442 kasus AIDS di Indonesia diketahui persentase berdasarkan jenis kelamin yaitu 74% Laki-laki (13.654 orang), 25,5% Perempuan (4701 orang) dan 0,5% (87 orang) kasus tidak diketahui jenis kelaminnya.

Kasus terbanyak ditemukan di Propinsi Jawa Barat dengan jumlah penderita 3.233 orang. Disusul Provinsi lainnya yaitu Jawa Timur 3.133 orang, DKI Jakarta 2811 orang, Papua 2681 orang, Bali 1506 orang, Kalimantan Barat 730 orang, Jawa Tengah 669 orang, Sumatera Utara 485 orang, Riau 371 orang, dan Kepulauan Riau 333 orang.

Sampai dengan 30 September 2009 rate kumulatif kasus AIDS nasional mencapai 8,15 per 100.000 penduduk (berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2006, jumlah penduduk sebanyak 227.132.350 jiwa). Dibandingkan dengan angka nasional, jumlah penderita di Papua mencapai 17,9 kali lipat lebih banyak, disusul Bali 5,3 kali, DKI Jakarta 3,8 kali, Kepulauan Riau 3,4 kali, Kalimantan Barat 2,2 kali, Maluku 1,8 kali, Papua Barat 1,3 kali, Kep. Bangka Belitung 1,4 kali, Riau, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sulawesi Utara 1,0 kali angka nasional.

HIV

Secara kumulatif kasus HIV/AIDS sampai Juni 2009 adalah 28.260. Persentase kumulatif infeksi HIV tertinggi berdasarkan kelompok umur yaitu 30-39 tahun (16,49%), kemudian kelompok umur 20-29 tahun (15,41%), dan kelompok umur kurang dari 1 tahun (13,61%). Sedangkan berdasarkan penularan HIV, kasus tertinggi pada pengguna napza suntik/ penasun 52,18%, kelompok waria 25,89%, dan pasangan risiko tinggi 15,83%.

Rate kumulatif infeksi HIV positif tertinggi dilaporkan dari Propinsi DKI Jakarta 40,3%, Banten 29,0%, Kepulauan Riau 22,9%, Bali 20,2%, Papua Barat 19,7%, Jawa Barat 19,2%, Jawa Timur 13,2%, Papua 11,8%, Riau 11,6%, dan DI Yogyakarta 11,1%.

Estimasi populasi rawan tertular HIV di Indonesia tahun 2006 sebesar 193.000. Pada tahun 2014 diproyeksikan jumlah infeksi baru HIV usia 15-49 tahun sebesar 79.200 dan proyeksi untuk ODHA usia 15-49 tahun sebesar 501.400 kasus.

Sampai dengan September 2009 terdapat 13.858 ODHA masih menerima pengobatan ARV (60% dari yang pernah menerima ARV). Jumlah ODHA yang masih dalam pengobatan ARV tertinggi dari Propinsi DKI Jakarta (6.135), Jawa Barat (1.724), Jawa Timur (1.145), Bali (811), Jawa Tengah (436), Papua (433), Sumatera Utara (442), Kalimantan Barat (382), Kepulauan Riau (335), dan Sulawesi Selatan (314).

Angka kematian ODHA menurun dari 46% pada tahun 2006, dan menjadi 17% pada tahun 2008.

Sampai saat ini HIV/AIDS belum ada vaksin maupun obatnya. Obat yang ada (ARV=Anti Retroviral Virus) hanyalah untuk menekan perkembangan virus. Pengobatan HIV/AIDS sangat mahal karena harus diminum seumur hidup. Karena itu, cara yang paling efektif adalah pencegahan yaitu menghindari hubungan seks di luar nikah, bagi kelompok risiko tinggi menggunakan kondom bila berhubungan seks, tidak menggunakan narkoba suntik.

Sumber: Kementerian Kesehatan