FAKTA HIV/AIDS
Kasus HIV/AIDS di Indonesia masih menjadi persoalan besar. Angkanya pun terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Data Kementerian Kesehatan pada Oktober 2013 menunjukkan, dari Juli sampai dengan September 2013 jumlah infeksi HIV baru yang dilaporkan sebanyak 10.203 kasus, sedangkan jumlah kasus baru AIDS yang dilaporkan sebanyak 1.983 kasus. Dari jumlah tersebut, kalangan remaja adalah salah satu kelompok dengan porsi cukup besar. Persentase kumulatif kasus di kalangan remaja memang tidak sebesar kelompok usia lainnya, namun tetap memerlukan perhatian besar.
Bahkan badan PBB untuk masalah anak, UNICEF menyatakan jumlah kematian HIV/AIDS di kalangan remaja di seluruh dunia meningkat hingga 50 persen antara tahun 2005 dan 2012 dan menunjukkan tren mengkhawatirkan. UNICEF menyebutkan, sekitar 71.000 remaja berusia antara 10 dan 19 tahun meninggal dunia karena virus HIV pada tahun 2005. Jumlah itu meningkat menjadi 110.000 jiwa pada tahun 2012.
Dari data tersebut tampak ancaman HIV/AIDS bagi remaja sungguh nyata. Ironisnya, sebagian besar remaja belum mengetahui secara menyeluruh soal penyakit mematikan ini. Bahkan di antara mereka menganggap, HIV sebagai penyakit yang tak berbahaya. Lebih parah lagi, banyak sekali pemahaman salah terkait HIV/AIDS. Padahal dengan pemahaman dan edukasi yang tepat, penularan dapat dicegah sehingga kematian akibat HIV/AIDS dapat ditekan.
Berikut ini adalah 5 fakta mengenai HIV/AIDS yang perlu dipahami, khususnya bagi kalangan remaja :
1. HIV tidak pandang bulu
Sejak epidemi HIV dimulai 25 tahun lalu, stereotipe yang beredar di masyarakat tentang penderita HIV yaitu para gay, pemakai narkoba dan para pekerja seks komersial lah yang mendapat label tersebut. Faktanya, semua orang bisa terkena HIV, dari usia tua, muda , kaya, miskin, wanita, pria, maupun anak – anak dan dari berbagai macam profesi.
2. Seks oral tak seaman yang diipikir
Oral seks seringkali dianggap sebagai cara “aman” melakukan hubungan seksual. Faktanya, berdasar penelitian, cairan tubuh yang terinfeksi seperti semen dan sekresi vagina yang mengandung konsentrasi virus HIV tinggi bisa memasuki aliran darah melalui membran mukosa mulut.
3. Jangan cuma khawatir hamil
Banyak remaja percaya, satu – satunya risiko berhubungan seks tanpa proteksi adalah kehamilan. Karena itu dipakailah pil KB, oral seks dan ejakulasi di luar demi mencegah kehamilan. Padahal, banyak hal yang harus dikhawatirkan selain kehamilan, yakni adanya penyakit menular seksual (PMS) seperti sifilis, herpes, termasuk HIV yang bisa mengancam kehidupan.
4. Kadang orang tidak mengatakan sesungguhnya, dan kita tidak tahu kenyataannya.
Coba Anda pikir sejenak kalimat di atas. Berapa banyak orang yang mengakui bahwa mereka menderita HIV jika ditanya oleh pasangan barunya? Berapa banyak orang yang mengakui kehidupan seksual mereka ketika mereka baru mengenal seseorang? Berapa banyak orang yang benar – benar mengetahui status HIV mereka dan status kesehatan orang – orang yang bersama mereka sebelumnya? Sebuah pernyataan “ partner saya tidak mengidap HIV” hanya bisa diterima jika disertai dengan bukti nyata tes HIV negatif. Tanyalah dengan jelas status HIV mereka dan mintalah mereka melakukan tes sebagai bukti.
5. Belum ada obat untuk si pembunuh
Meski orang dengan HIV/AIDS (ODHA) bisa hidup lebih lama berkat obat antiretroviral, obat ini tidak menyembuhkan. Kalau pun obat-obat ini melindungi dari infeksi opportunistik ini bukanlah “jalan pintas” dari infeksi HIV. Obat ini bahkan menyebabkan efek samping seperti diare, kelelahan berlebihan, kemerahan, mual dan muntah.
Jadi, sebaiknya pikirkanlah dahulu sebelum berbuat terlalu jauh dan merusak masa depan Anda, karena HIV merupakan “silent killer”, si pembunuh senyap yang jelas akan membuat Anda menyesal di masa depan karenanya.
Sumber: health.kompas.com